BeritaDetikhealth

Kontroversi Pemerintah Jepang Bayar Perempuan Ibu Kota Untuk Nikahi Lelaki Desa

People take pictures with the cherry blossoms in full bloom at the Chidorigafuchi palace moat in Tokyo Wednesday, April 10, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)
Warga di Jepang. (Foto: AP/Shuji Kajiyama)

Jakarta

Planning pemerintah Jepang menampilkan insentif 600 ribu yen (Rp 64,8 juta) buat perempuan kota yang mulai menikah dengan lelaki desa dibatalkan setelah timbul kontradiksi besar dari rakyatnya. Aturan tersebut mulanya ingin diberlakukan bagi mengembangkan angka ijab kabul di Jepang.

Dikutip dari SCMP, data resmi menampilkan bahwa tahun kemudian Jepang mengalami jumlah ijab kabul paling rendah dalam 90 tahun, dengan kurang dari 500.000 pasangan yang menikah. Kementerian Kesehatan Jepang bahkan menyebut keadaan tersebut juga menjadi salah sesuatu aspek angka kelahiran yg ‘kritis’ selama 8 tahun berturut-turut.

Ahli menyebut Jepang selaku negara dengan ‘keinginan yg rendah’. Ia mencatat kaum muda Jepang kian enggan buat mengambil risiko, yg membuat berkurangnya impian bagi menikah, terlebih memiliki anak.

Menurut Laporan Migrasi Penduduk Jepang 2023, jumlah orang yang datang ke Tokyo sekitar 68 ribu lebih banyak ketimbang yg keluar dari ibukota tersebut, lebih dari separuhnya merupakan perempuan.

Kepindahan ke Tokyo didasari argumentasi pendidikan dan impian untuk memperoleh kesempatan kerja lebih luas.

Situasi ini menghasilkan banyak tenaga kerja menyusut sampai rumah kosong di wilayah pedesaan. Banyak sekolah dan rumah sakit kesudahannya ditutup alasannya yaitu defisit populasi.

Baca juga: Makin Banyak Gen Z Jepang Pilih Hikikomori, Menyendiri dan Hidup Kesepian

Ketika Tokyo menghadapi kenaikan kepadatan penduduk, penduduk pedesaan mengalami penurunan populasi yg signifikan. Ini ditambah dengan jumlah bayi yang lahir kian berkurang.

Situasi inilah yg menghasilkan pemerintah bertujuan menerapkan insentif tersebut. Pihaknya ingin meraih distribusi populasi dan pembangunan ekonomi yang lebih sinonim di segala wilayah, tergolong pedesaan.

Insentif tersebut mulai diberikan orang-orang yg menyanggupi syarat yakni perempuan lajang yang tinggal atau melakukan pekerjaan di Tokyo. Pemerintah juga dilaporkan akan menanggung ongkos perjalanan buat perempuan yang menghadiri program perjodohan di wilayah pedesaan.

Hal tersebut lantas memanggil komentar pedas dari penduduk di sana. Karena banyak sekali penolakan yang terjadi, pemerintah menegaskan bagi membatalkannya.

“Ini menyedihkan. Gadis-gadis meninggalkan wilayah pedesaan yang tertinggal dan datang ke Tokyo dengan tertekan bagi menjalani kehidupan lebih baik. Sekarang pemerintah ingin mereka kembali,” ucap salah sesuatu warganet di Jepang.

“Ini merupakan penyalahgunaan duit pembayar pajak. Masa depan seorang perempuan tak sanggup diukur dengan ungkapan moneter,” kata yang yang lain.

Baca juga: Kenyataan ‘Mati Kesepian’ di Jepang Makin Ngeri, 700-an Warga Pilih Akhiri Hidup

20D

Warganya Ogah Nikah, Populasi Jepang Alami Penurunan 15 Tahun Berturut-Turut

20D

Warganya Ogah Nikah, Populasi Jepang Alami Penurunan 15 Tahun Berturut-Turut


insentif pernikahanpopulasi jepangpernikahan di jepangdemografi jepang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *