Bukan Pltu, Pemerintah Bilang Mobil-Motor Biang Kerok Polusi Udara

Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menegaskan, penyebab penting polusi udara di Jakarta bukan PLTU atau industri, melainkan kendaraan bermotor.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin menjelaskan, pihaknya bareng dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan sejumlah pakar terkait sudah melakukan studi komprehensif berjulukan Source Apportionment.
Mereka menghimpun partikel-partikel polusi buat kemudian diteliti bersama. Hasilnya, kata Kaimuddin, emisi kendaraan bermotor menyumbang polusi paling besar di Jakarta.
“Jadi polusinya kita ambil, kemudian diteliti sumbernya dari mana. Kaprikornus partikel-partikelnya kan ada chemical signature-nya, tertangkap tangan lah. Even dari pembakaran diesel dan bensin kita tahu,” ujar Kaimuddin di Gedung Primer Kemenko Marves, Kamis malam (12/9).
Baca Juga : Pemkab Demak Gencarkan Penjualan Produk Umkm Ke Pasar Lokal-Nasional
“Selama ini senantiasa dikatakan PLTU penyebab polusi dan sebagainya, namun dari hasil studi ini kelihatan paling besar yaitu emisi gas buang kendaraan bermotor secara signifikan,” tambahnya.
Pada potensi itu, ia juga memamerkan data yang dilaksanakan dalam studi Source Apportionment tersebut. Emisi kendaraan bermotor menyumbang 32-41 persen kepada polusi udara Jakarta di saat isu terkini hujan. Bahkan, angkanya melonjak tinggi menjadi 42-57 persen di saat isu terkini kemarau.
Ad interim pembakaran kerikil bara untuk industri dan pembangkit listrik cuma menyumbang 14 persen. Data tersebut ialah hasil pengumpulan sampel di tiga titik kota Jakarta.
“PLTU apakah pengaruh? Ada, namun relatif kecil dan terbatas di isu terkini tertentu. Misal isu terkini hujan, angin itu menjinjing asap atau polusi PLTU dan itu te-register di isu terkini hujan. Kaprikornus di saat kemarau, nggak ada. Karena memang PLTU rata-rata bukan di Jakarta, namun dari luar,” kata dia.
Baca Juga : Info Berita Game Ada Di Sini
Polusi udara tersebut pasti tak baik buat kesehatan penduduk setempat. Sebab, perkara itu dapat menyebabkan selesai hidup akhir benjol susukan pernafasan bawah, penyakit jantung iskemik dan paru-paru obstruktif kronik.